Wednesday, May 27, 2009

Farm Town

Wah bukan mau omongin tentang games ya... mumpung lagi hot2nya main Farm Town, pake judul itu deh. Mestinya nyambung sih, hehehe...
Tadi pagi baca renungan tentang 'weeds' (ilalang), yang mengibaratkan dosa. Ada 2 anak yang ketemu 'hidden garden' ada beberapa pohon tomat yang tersembunyi di balik ilalang yang tumbuh tinggi2. Ayah mereka mengatakan, demikian juga dengan hati manusia, tiap hari mesti mengakui dosa dan minta ampun dengan demikian kita membersihkan hati kita dari ilalang yang lama2 akan terus tumbuh dan menutupi hasil ladang kita yg sebenarnya...
Kalau di Farm Town, lama2 tidak dipanen, bisa busuk hasil ladangnya, begitu juga talenta yg Tuhan berikan, ditutupi dosa, lama2 yg nampak malah yg jelek2.
Saya ingat seorang sepupu saya, dia dibesarkan di tengah2 keluarga yg lengkap dan indah, dengan 3 big brothers, karena stress dia jatuh ke obat2an lalu satu hari digotong pulang oleh teman2nya sudah tidak sadarkan diri, tak lama kemudian meninggal dunia.
Tetangga kami menilai dia sebagai anak yg badung, ini-itu, semua komen yg jelek, padahal yang saya tau dia seorang yg manis perawakannya dan juga baik hatinya.
Sungguh sayang sekali.
Hidup manusia memang harus back to Him, Dia yang menciptakan tentu saja cuma Dia yg tau apa yg terbaik untuk kita ciptaanNya.
Jangan lupa ya tiap hari ngaku dosa dan minta ampun supaya terus punya hati yang bersih...

Tuesday, May 26, 2009

Ketemu temen baik (old friend)

Hah... ketemu temen lama, beribu2 perasaan muncul... suka duka, sebel, keki, geli... ada2 aja. Gara2 facebook, ketemu temen2 lama sampe temen SD juga nongol semua...Amazing... saya cuma bisa bersyukur sama Tuhan, inget2 jaman nenek dulu, kalo ada dendam sakit hati atau apa aja, ga bs selesai dibawa terus sampai liang kubur. Eh,,, gara2 FB, bukan cuma kenangan tapi juga masalah yg berlanjut, nah loh...

Kemarin sempet telpon n ngobrol sama satu sohib karib di SMP yg lost contact, wah sampe histeris dan terharu, setelah ngobrol ama dia sebentar, sempet berkaca2 mata saya, Tuhan baik ya...

Thursday, May 21, 2009

Renungan Ultah


Kemarin pagi, saya terima kartu ultah dr Komisi Wanita GPBB (thanks ya), di dalam kartunya ditulis demikian,"The day you were born... God said,"That's good!"".

Setelah baca kalimat itu, hati saya bercampur aduk perasaannya. Bingung, merinding, masa lalu yg suram pada 'flash back' lagi. Bingungnya juga bercampur sedikit marah, hah???!!! hidup saya banyak sedih dan masalah begini kok Tuhan bilang 'good'??? Emangnya Tuhan senang kalau saya menjalani hidup yang susah itu? Kok jahat sih? Bersukacita di atas penderitaan orang?

Pagi tadi, waktu sama2 baca Firman Tuhan sama Nathania, kami membaca dr 1Petrus2:1-5. Ada satu ayat yg di-'highlight' oleh Tuhan untuk saya, yaitu di ayat 5 bunyinya,"you also, like living stones, are being built into a spiritual houseto be a holy priesthood, offering spiritual sacrifices acceptable to God through Jesus Christ."

Tuhan bilang,"you also..." "you also..." hati saya menangis mendengarnya.

Sedari saya masih kecil, saya selalu berpikir kalau hari kelahiran saya itu dikutuk, karena hidup saya jalannya tidak normal seperti jalan hidup semua orang yg saya kenal. Saya sering bilang sama temen2 deket kalau bisa mati sekarang wah... saya akan senang sekali karena bisa langsung ketemu Tuhan dan saya bisa langsung nanya kenapa saya diberikan hidup yang seperti ini? Tiap kali saya bilang begitu, saya penasaran juga ga bs terima banget. Hidup dan hati saya seperti dipermainkan, and I am the joker... Saya benci sekali sama hidup saya ini...not nice at all.

Waktu di SMA, saya nantangin Tuhan, dr kecil saya rajin ke Sekolah Minggu, walau masih kecil dan harus pergi sendiri, saya rajin pergi tiap minggu. Tiap kali di Sekolah Minggu dibilangin kalau Tuhan itu baik, saya bilang, saya mau bukti. Setelah itu, saya menganggap hati/hidup saya sudah mati. Saya jalani hidup ini seperti robot, ada peluang, ambil; ada masalah, cuek (emang gua pikirin)... mati rasa deh pokoknya.

Tapi terus, dengan demikian, Tuhan bener2 bimbing, Dia atur semuanya sesuai dengan kehendakNya, dan amazingly, apa yg dulu saya pikir mustahil (untuk saya miliki/rasakan) semua jadi mungkin... sungguh ajaib dan hebat Tuhan. Dan perkataan di kartu itu benar2 jd indah setelah merenungkan semua yg sudah Tuhan buat dalam hidup saya hingga saat ini...

Kalau Dia tidak habis2nya memberkati kehidupan saya, saya juga tidak habis2nya mengucap syukur untuk semua berkat2Nya yg melimpah... Dulu, pekerjaanNya belum selesai, sekarang sudah mulai kelihatan dan belum lagi selesai tapi kalau dilihat dengan kacamata iman, semuanya benar2 Dia atur indah pada waktuNya. Praise The Lord...

Saya ingat, waktu mau dibaptis dulu, saya ga confident apa saya layak untuk dibaptis, masuk jd anggota keluargaNya, siapa saya ini...org yg terhina dr yg terhina... tp Pak Santoni, yg membaptis saya bilang, kalau kamu bisa datang ke sini saja berarti Dia sudah memilih kamu, kalau Dia berkenan untuk kamu bs dibaptis, pasti bisa dibaptis, kalau tidak pasti ga akan bisa dibaptis. Akhirnya, tgl 20 Juni 1993, saya dibaptis. Praise The Lord...

Setiap kali ultah datang, perasaan saya juga campur aduk, harus happy kah, atau sedih... kalau saya happy, takut kalau2 semua itu cuma semu (angan2) saja. Tapi kan ultah harusnya happy, bukan sedih... Jadi setiap saya ultah, saya happy karena Tuhan sudah memimpin sampai di sini (Eben-Haezer). Again, Praise The Lord...

Thursday, May 07, 2009

Wacth Your Words


Jumat pagi yg lalu mendung (bukan di luar, tp di hati). Sehari sebelumnya, suara hati ingetin kayaknya saya 'say something wrong again' sama seseorang. Buat orang2, ya namanya juga manusia, itu sudah biasa lah... Tapi buat saya 'it's not ok', terus terang, tiap kali kejadian 'salah omong', saya stress sampe mau mati aja rasanya... Very very bad

Tiap kali kejadian, saya bertanya2, salah dimana, kenapa saya kok begitu... kenapa ini mulut ga dibuat bisu aja biar ga bs omong sekalian, tp 'say something' juga bs lewat tulisan (spt sekarang ini).

Saya suka berpikir mungkin karena waktu saya kecil, ga ada ortu yang mendidik, (sekarang baru tau, betapa pentingnya peran ortu dlm kehidupan seorang anak), saya jd orang yg ga PD (percaya diri), minder, gampang jatuh (sensitif, super sensitif). Ditambah lagi, saya diasuh oleh nenek saya yg rasa tanggung jawabnya besar sekali, saya waktu kecil banyak dikekang, ga boleh bergaul, ga boleh main di luar rumah, cuma bs duduk dibalik teralis pintu lihatin anak2 lain main di jalan.

Saya perhatiin anak2 saya, saya bedakan, kalau ada ortu, tiap kali anak buat salah, dimarahin, dididik (diajarin kenapa ga boleh begitu), saya rasa saya 'miss that part', saya dimarahin, dipukul jg kadang2, tapi ga dikasih tau kenapa ga boleh dan harus bagaimana.

Itukah penyebab yang sesungguhnya? Kenapa Tuhan yang mau memakai saya dalam pelayanan, Dia juga yang memberkati setiap pelayanan saya, tapi kenapa yang 'jelek' ini tidak dihapus saja?

Setiap kali saya 'salah omong', saya menyebutnya penyakit lama kambuh lagi, tiap kali kumat, saya down banget, terus bertanya-tanya kenapa Tuhan membiarkan itu terjadi. Saya malu sekali, sebagai orang yg suka nulis kesaksian, sebagai orang yg suka mengaku kalau hidupnya hanya untuk memuji Tuhan, sebagai orang yang mengaku terkadang suka mendengar suaraNya, sebagai orang yang mengaku bener2 'devoted' (benar2 hidup hanya karena dan untuk Tuhan), ... kok omongannya suka salah... malu deh rasanya.

Hari ini, Pdt. Johnny membawakan firman ttg 'Belajar untuk Rendah Diri dari Tuhan Yesus', ayat yg dipakai dr Yoh 13:12-17 yaitu ketika Tuhan Yesus membasuh kaki para muridNya. Belajar untuk rendah diri... dan (seperti biasa) Roh Kudus berbicara dan membuka mata hati saya yg bbrapa hari ini ditutupi rasa 'benci terhadap diri sendiri' itu.

Selama ini, dalam beberapa tahun ini, banyak perkembangan yang saya alami dalam setiap pelayanan yang saya lakukan. Misalnya di bidang musik (sbg organis di kebaktian) saya sungguh kagum, betapa Tuhan memakai dan mengubah hambaNya ini, dgn tangan dan kaki yang secara phisic tidak sempurna, tapi Dia mau pakai dan menambahkan berkatNya terus, saya ingat setahun yg lalu saya masih 'struggling' main bass (kaki) organ, sekarang saya (puji Tuhan) sudah mulai biasa. Yang dulu saya pikir tidak mungkin, itu terjadi...

Sebagai salah satu writer untuk buletin wanita Agape, tiap kali tema baru keluar (puji Tuhan) selalu dapat ide, pernah satu kali bahkan sebelum ditentukan tema berikutnya, artikelnya sudah selesai saya kerjakan. Dan kalau dipikir2, waktu sekolah dulu, salah satu pelajaran yang paling saya benci adalah mengarang... tiap kali lihat kertas kosong, kosong pula otak saya...:)

Semua itu berkat Tuhan, untuk semua itu saya tidak pernah berhenti mengucap syukur kepadaNya, hari ini saya diajak melihat sesuatu yang lain dari kacamata Tuhan. Ketika Dia membiarkan 'penyakit lama' saya itu tetap ada adalah karena Dia ingin saya selalu ingat bahwa saya ini belum mencapai 'serupa seperti Yesus', saya masih dalam proses... (masih harus terus berusaha) dan supaya saya tidak menjadi 'sombong' dan puas lalu berhenti. Terkadang saya merasa cukup atas segala pelayanan yang sudah saya lakukan dan (terkadang) mulai membandingkan dengan teman2 yg tidak terlibat dalam pelayanan, saya merasa sepertinya sudah terlalu banyak yang saya lakukan dan kemudian saya mulai 'slow down'.

Seperti Paulus yang menyebutnya 'duri dalam daging' dalam 2 Kor12:7, "Dan supaya aku jangan meninggikan diri karena penyataan2 yang luar biasa itu, maka aku diberi suatu duri di dalam dagingku, yaituseorang utusan iblis untuk menggocoh aku, supaya aku jangan meninggikan diri."

Saya bersyukur saya bisa belajar untuk menerima 'penyakit lama' saya itu, setelah semua yang Dia lakukan dalam hidup saya, apalagi yang saya alami semua adalah untuk memuliakan namaNya, saya bersedia, Tuhan...

Terima kasih Tuhan, Engkau tau yang terbaik untuk saya, dan yang terbaik yang selalu Engkau berikan, seperti janjiMu, dalam setiap saat (apapun yang saya alami/hadapi), terima kasih Engkau selalu ada dan menyertai dan saya tidak pernah sendiri... Terpujilah Engkau.

Tuesday, May 05, 2009

Status – Anak vs Hamba


Tiap malam saya suka baca Alkitab sama anak2, satu malam satu bagian cerita. Kami mulai dari Kejadian dan sekarang sudah sampai cerita raja Daud. Saya merasa kagum sekali mendengar cerita orang2 di jaman Perjanjian Lama, sungguh kontras sekali. Sekaya apapun mereka, mereka tetap menempatkan diri mereka sebagai hamba, bukan cuma dalam perkataan, tapi juga dalam sikap dan perbuatan. Abraham, bukan hanya taat dan rendah diri di hadapan Tuhan (Kej 12), tapi dia hormat juga kepada orang yang tidak dia kenal (Kej 18:2). Daud (2Sam 7:18-29) dan Salomo (1Raja2 3:1-15), raja pilihan Tuhan menyatakan diri mereka sebagai hamba Tuhan dalam doa2 mereka kepada Tuhan.

Waktu kecil, saya hidup dengan keadaan pas2an. Orang tua merantau kerja ke luar negeri, saya diasuh oleh nenek saya. Terkadang saya bingung dengan status saya, orang tua masih ada tapi hidup seperti anak yatim piatu. Dibilang miskin, orang tua tinggal di luar negeri dan saya bisa belajar di sekolah yang baik, nge-les ini-itu; tapi dibilang kaya juga kalau kiriman telat kadang2 makan cuma seadanya. Saya suka bertanya dalam hati, sebenarnya siapa sih saya ini.

Saya ingat, pertama kali tinggal dengan keluarga saya (mama, papa dan adik2), saya pergi dengan hati penuh harapan sebagai seorang anak, berharap akan disayang, dibelikan mainan, baju yang bagus2 dll. Tapi karena dari kecil sudah jauh dari mereka, tidak ada ikatan apa2 dalam hubungan kami. Hancur sudah harapan dan hati ini, dan saya pun kehilangan status diri.

Tau kan lagu “Hati sebagai Hamba”, waktu saya denger lagu ini, saya berpikir Tuhan memberi kita status ‘anak tapi juga yang berhati seorang hamba’. Padahal anak dan hamba sangat bertolak belakang. Anak biasanya berpikir bahwa semua orang berhutang sama dia, banyak berharap, jadi kalau dapat sesuatu ya memang sudah seharusnya. Tapi kalau hamba justru berpikir bahwa dia berhutang sama majikannya, jadi turut aja dengan perintah majikannya, ada ya syukur, tidak ada ya sudah. Terus gimana dong?

Setiap kali saya sedih dengan keberadaan saya, ada satu perkataan nenek saya yang selalu teringat,’Jadi orang mesti Tau Diri’. Jadi saya berkata kepada diri saya sendiri, ’udah deh jangan minta atau harap macam2, jalanin aja hidup ini toh masih ada Tuhan.’ Setelah itu, saya tidak lagi banyak berharap, seperti kata pepatah,’orang yang semakin banyak berharap, makin banyak kecewa.’ Lagi juga sebagai orang Kristen kita tidak boleh suka berharap mendapatkan sesuatu, tapi kita kan anak2 Tuhan (Yang baik dan kaya), kita yang memberi. Walaupun saya hidup pas2an, tapi Tuhan memperkaya hati saya dengan kasihNya. Saya belajar melayani keluarga saya dan Tuhan yang memenuhi hidup saya dengan sukacita. Ternyata bukan orang yang memiliki adalah orang yang kaya, tapi orang kaya adalah orang yang bisa memberi.

Tuhan memberi saya hidup dan status yang baru yaitu sebagai anak Tuhan, sebuah hadiah terbesar dan terindah yang saya dapatkan. Diberikan bukan karena saya berhak tapi karena Dia memilih saya dan sayang sama saya. Puji Tuhan. Dia mau saya memiliki hati sebagai hamba bukan supaya saya boleh dipandang rendah tapi supaya saya sanggup menghadapi segala sesuatu yang saya alami di perjalanan hidup ini, dan bersandar hanya kepadaNya. Bukan cuma untuk saya, tapi juga untuk kita semua yang mengaku percaya kepadaNya. Di Matius 23: 11-12, Tuhan Yesus berkata,” Barangsiapa terbesar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu. Dan barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan.” Dia sendiri sudah menjadi teladan buat kita sepanjang hidupNya, sampai mati di kayu salib. Sebagai Anak, Dia tunduk kepada kehendak BapaNya yang di Surga. Jadi karena saya percaya, saya mau ikut teladanNya dan tunduk kepada Bapa Sorgawi, bagaimana dengan anda?


You are who you are for a reason.
You’re part of an intricate plan.
You’re a precious and perfect unique design,
Called God’s special woman or man.

You look like you look for a reason.
Our God made no mistake.
He knit you together within the womb,
You’re just what He wanted to make.

The parents you had were the ones He chose,
And no matter how you may feel,
They were custom-designed with God’s plan in mind,
And they bear the Master’s seal.

No, that trauma you faced was not easy.
And God wept that it hurt you so;
But it was allowed to shape your heart
So that into His likeness you’d grow.

You are who you are for a reason,
You’ve been formed by the Master’s rod.
You are who you are, beloved,
Because there is a God!


By Russell Kelfer
dikutip dari The Purpose Driven

Anak Saya Jadi Lucu atau “Sexy”?


Saya pernah mendengar perkataan, “ Kenapa ya sekarang orang pakai baju makin mini/pendek, kayak kurang bahan gitu.” Saya ingat nenek saya malah cerita, jaman beliau masih muda, yang cewek2 malah pakai baju lelaki, takut sama orang Jepang (zaman penjajahan dulu). Karena saya diasuh beliau ya, cara berpakaian saya agak convensional, demikian juga yang saya terapkan pada anak perempuan saya.

Terkadang lihat baju anak2 yang sexy2, lucu juga ya kalau dipakaikan ke anak perempuan, sampai satu kali saya membaca sebuah artikel berjudul, ‘are we turning our kids into prostitots?’ dari majalah Women’s weekly edisi May 2008.

Dr. Daniel Fung (Senior Consultant Psychiatric and Chief of the Institute of Mental Health’s Department of Child and Adolescent Psychiatry) di majalah itu memberi komentarnya, “Banyak orang tua berpikir anak mereka kelihatan lucu, tetapi menurut saya mereka tidak bermaksud memperlihatkan anak mereka sebagai objek sexual. Dengan membelikan pakaian2 yang menjadikan anak2 memiliki perasaan sexy, perlu para orang tua ketahui bahwa mereka membiasakan anak mereka dengan gaya fashion yang akan terus mereka ikuti dalam masa pertumbuhan mereka. Anak itu akan terus berpakaian demikian; kurang percaya diri, dan berpikir bahwa ‘terlihat cantik’ adalah elemen yang penting untuk dicintai.”

Artikel itu diawali dengan kasus2 penyanyi cilik luar negeri yang hamil dibawah umur. Dimana sebagai anak celebriti, biasanya pakaian2 mereka yang ber-‘merk’(yang kebanyakan dipengaruhi oleh pakaian orang dewasa), diberikan oleh sponsor. Baju dengan bagian punggung yang terbuka, rok yang mini sekali (yang mana banyak wanita dewasa ingin bisa memakainya, kalau saja bisa muat ☺).

Ada juga orang tua yang berpikir, ’kenapa tidak membiarkan anak2 itu menikmatinya (mumpung masih bisa) dan meng-ekspresikan diri mereka sendiri dengan model2 pakaian yang ada?’ Dr. Fung juga menulis,” Oleh karena itu solusinya adalah tentang keseimbangan. Saya sarankan supaya orang tua mendorong anak mereka untuk memakai berbagai macam model pakaian yang praktikal, yang mereka suka, ber-‘merk’ dan tidak ber-‘merk’, berwarna-warni, polos, dsb – supaya mereka boleh belajar bahwa mereka adalah individual dan bahwa mereka special dan dicintai walau bagaimanapun cara mereka berpakaian.”

Ada juga komen dari kepala sekolah Creative Twinkle child development centre, Christina Lim, berkata, “Cara berpakaian merupakan peluang yang baik untuk mengajarkan kepada anak2 tentang batasan dan pergaulan di lingkungan masyarakat dan juga tentunya memberikan contoh langsung kepada anak2 kita. Orang tua menentukan batasan ketika mereka mengajarkan anak2 mereka untuk berpakaian yang pantas dalam suasana yang pantas. Misalnya, memakai bikini di pantai itu normal, tapi tidak pantas kalau dipakai ke tempat ibadah atau supermarket. Orang tua adalah ‘role models’, kalau orang tuanya berpakaian dan bertingkah-laku yang pantas, anak2nya tidak akan banyak bermasalah dalam menyeimbangi dengan baik (tentang cara berpakaian dan bertingkah laku) dalam pertumbuhan mereka.”

Karena orang tua adalah ‘role model’ yang utama, adalah baik kalau kita yang menurunkan nilai2 yang baik kepada anak2 kita, jadi mereka tidak terlalu terpengaruh dengan jaman juga dalam pergaulan mereka. Toh kita tidak bisa melindungi mereka selamanya.
Kita bisa juga menggunakan ‘perasaan ketidak-nyamanan’ anak terhadap pakaian minim untuk mendidik mereka. Misalnya saja waktu saya membawa anak saya yang perempuan jalan2 di daerah Orchard Road, kalau dia melihat ada yang memakai baju ‘sexy’, dia akan bilang,”idih…”. Saya coba memakai kesempatan itu untuk menanamkan nilai, bahwa pakaian yang kita pakai adalah untuk memberi kenyamanan buat diri sendiri, bukannya untuk dilihat orang.

Wah ternyata, cara berpakaian yang benar juga termasuk salah satu hal yang penting dalam mendidik anak. Jadi hati-hatilah ketika shopping beli pakaian…

Papa yang tidak kukenal


Waktu saya kecil, saya dan koko dititipkan ke dlm asuhan Apoh, dan kami bertiga tinggal serumah dengan keluarga Jimmy. Karena ga ada sosok ortu, jadi saya dan koko ikut manggil 'mama' dan 'papa' ke ortunya Jimmy (mama kami kakak beradik).


Kalau ga salah, kami tinggal bersama sekitar 8-9 tahun. Seingat saya, 'papa' ini pendiam, kalo pun ngomong cuma formalitas/basa- basi (mis. udh makan?) dengan senyuman, terus setelah dijawab, dia pergi. Saya ga pernah lihat dia sampai marah besar, sabar deh orangnya, kalau omong pun ga keras2/teriak2. Sampai ketika saya, koko dan Apoh pindah ke rumah sendiri, Apoh mulai dengan komplain2nya, ktnya 'papa'nya jahat lah, tp krn saya punya gambaran sendiri ttg dia yg positif, jd ga terlalu memperhatikan. Kalo omong sama mama (kandung) saya juga, dia spt punya impresi yg kurang lah dgn 'papa' ini. Jadi ya saya ambil jalan tengah, menghindar.


Ketika kemarin saya terima telpon dr Jimmy yang mengabarkan kabar duka tersebut, saya bingung, mau sebut beliau sbg siapa krn all along saya panggil 'papa'. Makanya saya terus tergerak untuk menulis sharing ini.


Beliau bed-ridden selama 8 thn lebih. Terakhir saya ketemu beliau, pas perkawinan Jimmy, thn 2000. Waktu itu, beliau msh ok (walaupun sebelumnya pernah kena stroke), attend wedding juga, bbrp waktu stlh kami kembali ke Spore, beliau terserang stroke (yg kedua kali).


Banyak yg berkomentar, kalau beliau itu banyak dosa, makanya menderita begitu. Saya terus merenung, apa iya sih? Saya berdoa, apa sih maksudnya Tuhan, apa Tuhan juga ga apa2 (diam saja) kalau beliau sengsara begitu? Memangnya berapa besar sih dosa beliau?


Setelah mendengar khotbah Pak Ayub di Paskah subuh, ada satu kutipan ayat yang menyentuh hati saya," ...bukan dosa siapa2 tapi supaya kemuliaan Tuhan yang dinyatakan" Semalam, saya sempat menelpon koko di Jkt, ternyata beliau sudah bertahun-tahun masuk Kristen dan jd anggota gereja GKI Kayu Putih. Kalau perjamuan kudus, ada orang2 gereja yang mengunjungi dan perjamuan bersama beliau. Saya terus berpikir, puji Tuhan ya, beliau sudah percaya. Beliau meninggal juga di masa2 kita merenungkan tentang kematian dan kebangkitan Tuhan.


Pengampunan atas dosa2 kita, dosa2 yang dihapus oleh darah Yesus yang tercurah. Feelingnya bisa pas gitu, Tuhan sungguh luar biasa. Orang bisa menolak, tapi tangan Tuhan tetap terbuka menerima kita. Saya mengambil satu pelajaran penting, "yang paling penting bukan apa yang dilihat manusia, tapi apa yang dilihat Tuhan". Jadi, kalau mau dengar, dengar saja FirmanNya, kalau mau lihat, lihat saja kepada Yesus, tangannya yang penuh darah karena tertusuk paku, matanya yang penuh kasih memandang dan mengampuni. Kalo orang lain bilang, jalan lihat depan, kalo orang Kristen bilang, kalau mau selamat jalannya, lihat Yesus.


Semoga Jimmy dan keluarga bisa dikuatkan, dan semoga bisa menjadi berkat buat yang membaca dan memuliakan Tuhan. GOD bless you all.