Thursday, May 07, 2009

Wacth Your Words


Jumat pagi yg lalu mendung (bukan di luar, tp di hati). Sehari sebelumnya, suara hati ingetin kayaknya saya 'say something wrong again' sama seseorang. Buat orang2, ya namanya juga manusia, itu sudah biasa lah... Tapi buat saya 'it's not ok', terus terang, tiap kali kejadian 'salah omong', saya stress sampe mau mati aja rasanya... Very very bad

Tiap kali kejadian, saya bertanya2, salah dimana, kenapa saya kok begitu... kenapa ini mulut ga dibuat bisu aja biar ga bs omong sekalian, tp 'say something' juga bs lewat tulisan (spt sekarang ini).

Saya suka berpikir mungkin karena waktu saya kecil, ga ada ortu yang mendidik, (sekarang baru tau, betapa pentingnya peran ortu dlm kehidupan seorang anak), saya jd orang yg ga PD (percaya diri), minder, gampang jatuh (sensitif, super sensitif). Ditambah lagi, saya diasuh oleh nenek saya yg rasa tanggung jawabnya besar sekali, saya waktu kecil banyak dikekang, ga boleh bergaul, ga boleh main di luar rumah, cuma bs duduk dibalik teralis pintu lihatin anak2 lain main di jalan.

Saya perhatiin anak2 saya, saya bedakan, kalau ada ortu, tiap kali anak buat salah, dimarahin, dididik (diajarin kenapa ga boleh begitu), saya rasa saya 'miss that part', saya dimarahin, dipukul jg kadang2, tapi ga dikasih tau kenapa ga boleh dan harus bagaimana.

Itukah penyebab yang sesungguhnya? Kenapa Tuhan yang mau memakai saya dalam pelayanan, Dia juga yang memberkati setiap pelayanan saya, tapi kenapa yang 'jelek' ini tidak dihapus saja?

Setiap kali saya 'salah omong', saya menyebutnya penyakit lama kambuh lagi, tiap kali kumat, saya down banget, terus bertanya-tanya kenapa Tuhan membiarkan itu terjadi. Saya malu sekali, sebagai orang yg suka nulis kesaksian, sebagai orang yg suka mengaku kalau hidupnya hanya untuk memuji Tuhan, sebagai orang yang mengaku terkadang suka mendengar suaraNya, sebagai orang yang mengaku bener2 'devoted' (benar2 hidup hanya karena dan untuk Tuhan), ... kok omongannya suka salah... malu deh rasanya.

Hari ini, Pdt. Johnny membawakan firman ttg 'Belajar untuk Rendah Diri dari Tuhan Yesus', ayat yg dipakai dr Yoh 13:12-17 yaitu ketika Tuhan Yesus membasuh kaki para muridNya. Belajar untuk rendah diri... dan (seperti biasa) Roh Kudus berbicara dan membuka mata hati saya yg bbrapa hari ini ditutupi rasa 'benci terhadap diri sendiri' itu.

Selama ini, dalam beberapa tahun ini, banyak perkembangan yang saya alami dalam setiap pelayanan yang saya lakukan. Misalnya di bidang musik (sbg organis di kebaktian) saya sungguh kagum, betapa Tuhan memakai dan mengubah hambaNya ini, dgn tangan dan kaki yang secara phisic tidak sempurna, tapi Dia mau pakai dan menambahkan berkatNya terus, saya ingat setahun yg lalu saya masih 'struggling' main bass (kaki) organ, sekarang saya (puji Tuhan) sudah mulai biasa. Yang dulu saya pikir tidak mungkin, itu terjadi...

Sebagai salah satu writer untuk buletin wanita Agape, tiap kali tema baru keluar (puji Tuhan) selalu dapat ide, pernah satu kali bahkan sebelum ditentukan tema berikutnya, artikelnya sudah selesai saya kerjakan. Dan kalau dipikir2, waktu sekolah dulu, salah satu pelajaran yang paling saya benci adalah mengarang... tiap kali lihat kertas kosong, kosong pula otak saya...:)

Semua itu berkat Tuhan, untuk semua itu saya tidak pernah berhenti mengucap syukur kepadaNya, hari ini saya diajak melihat sesuatu yang lain dari kacamata Tuhan. Ketika Dia membiarkan 'penyakit lama' saya itu tetap ada adalah karena Dia ingin saya selalu ingat bahwa saya ini belum mencapai 'serupa seperti Yesus', saya masih dalam proses... (masih harus terus berusaha) dan supaya saya tidak menjadi 'sombong' dan puas lalu berhenti. Terkadang saya merasa cukup atas segala pelayanan yang sudah saya lakukan dan (terkadang) mulai membandingkan dengan teman2 yg tidak terlibat dalam pelayanan, saya merasa sepertinya sudah terlalu banyak yang saya lakukan dan kemudian saya mulai 'slow down'.

Seperti Paulus yang menyebutnya 'duri dalam daging' dalam 2 Kor12:7, "Dan supaya aku jangan meninggikan diri karena penyataan2 yang luar biasa itu, maka aku diberi suatu duri di dalam dagingku, yaituseorang utusan iblis untuk menggocoh aku, supaya aku jangan meninggikan diri."

Saya bersyukur saya bisa belajar untuk menerima 'penyakit lama' saya itu, setelah semua yang Dia lakukan dalam hidup saya, apalagi yang saya alami semua adalah untuk memuliakan namaNya, saya bersedia, Tuhan...

Terima kasih Tuhan, Engkau tau yang terbaik untuk saya, dan yang terbaik yang selalu Engkau berikan, seperti janjiMu, dalam setiap saat (apapun yang saya alami/hadapi), terima kasih Engkau selalu ada dan menyertai dan saya tidak pernah sendiri... Terpujilah Engkau.

No comments: