Monday, May 08, 2006

Melayani Anak-anak Tuhan





Renungan ini diambil dari Mazmur 100. Yang membahas tentang bagaimana orang-orang Kristen pergi ke gereja, di dlm kebaktian, muka mereka seperti mendengarkan khotbah, tapi hati mereka entah di mana-mana. Ada suatu masa di mana saya merasa sudah begitu lama tidak duduk di dalam ruang kebaktian, mendengarkan khotbah dengan tenang (karena harus menjaga anak-anak yang masih kecil). Begitu lamanya.
Terakhir kali yang saya ingat, terkadang khotbah-khotbah yang didengar bagitu membosankan, yang dibicarakan itu-itu lagi, hal-hal yang sama. Puji Tuhan, Roh Kudus membantu saya melihat dengan mata iman.
Karena harus menemani anak-anak, saya jadi terlibat di sekolah Minggu. Pernah sekali saya diminta mengajar, yang saya takutkan pada saat itu adalah, "apakah anak-anak itu akan diam mendengarkan saya bercerita, at least terkontrol gitu..."
Ternyata, memang sifat manusia begitu. Waktu masih kecil di sekolah Minggu ribut, tidak konsentrasi, main sendiri. Sudah besar, di ruang kebaktian juga begitu, bedanya mereka ribut di dlm hati masing-masing.

Sebelum menikah, saya ingin sekali bisa melayani Tuhan jadi hambaNya. Tapi Tuhan punya rencana lain, Dia berikan keluarga ini untuk saya. Keluarga yang saya idam-idamkan sejak kecil, karena saya tinggal bersama nenek saya dan jauh dari orang tua yang merantau. Puji Tuhan.
Kemudian saya melayani keluarga saya ini, dan bersyukur sempat diberi kesempatan membantu pelayanan di sekolah Minggu.
Dulu, saya takut sekali masuk ke sekolah Minggu, takut sama anak-anak kecil, apalagi harus mengajar mereka, saya ngga punya kesabaran yang cukup.
Tapi setelah merenungkan yang di atas, bukankah lebih baik mengajar Firman Tuhan buat yang kecil-kecil daripada yang dewasa? Lebih mudah, tepatnya.

Anak-anak walaupun ribut tapi telinga mereka mendengar. Kalau orang dewasa, walaupun telinga mereka mendengar tapi belum tentu masuk ke dlm hati.

Saya sungguh bersukacita bisa mengerti rencana Tuhan ini dan tentunya tidak takut lagi masuk ke sekolah Minggu, gantinya tentu saja sukacita melayani.

Terima kasih, Tuhan.

Matius 21:28-32

No comments: